MENCOBA MENGULAS YOGYAKARTA, dari aku yang hampir lupa sejarah...
Sebenarnya sedikit sekali yang diketahui penulis tentang daerah istimewa ini. Ulasan ini semoga saja tidak menjadi sebuah hal yang dilematis. Toh tolok ukur tulisan ini sebatas ingin melihat’ada apa dengan Yogyaku, ada apa dengan ibukota RI yang kedua itu.
Saudaraku
Gunjang ganjing politik dan bencana membuat orang terkadang bingung, bingung antara memikirkan nasibnya sendiri dengan kebingungan atasan yang menjadikan penambahan bonus bingung bagi bawahan. Walah walah
Yogya dengan titah sang sultan beberapa dekade yang lalu sangat jelas, mbo’yo jangan diungkit ungkitlah karena kita bangsa Indonesia butuh pembuktian sejarah. Yo opo ora? Mungkin di antara kita yang cenderung masih awam karena gak mau tahu atau tidak diberi tahu akan mengatakan bahwa gak ada negara di atas negara, gak ada rumah tangga di dalam rumah tangga. Tapi masalahnya gak segampang itu lho...
Bayangkan salahsatu rahmat Ilahi atas kemerdekaan bangsa Indonesia ini karena ikhtiar dari sebuah titah bahwa kesultanan Yogya dan termasuk kadipaten atau ...apa ya namanya, itu lho wilayah Paku Alam (maaf salah tulis) masuk/menyatakan diri sebagai bagian integral dari negara baru republik Indonesia dengan keitimewaannya salah satunya adalah semua urusan keraton, tata warisan dan peninggalannya adalah hak keraton ...itu artinya kita diajak berpikir bahwa ketokohan itu diperlukan manakala ada kegiatan terhenti, mati suri atau mati beneran. Bayangin aja Belanda dengan KNILnya dan tentara sekutu, jepang yang imut-imut- masih ada dan terus berkicau...ya di sekitar 45-an. Gitu lho...
Nah dari pandangan itu majulah sang Sultan yang terhormat Sri Sultan Hamengkubuwono IXdan kerabatnya .... sejak itu daerah lain terus bergeliat mendukung kedaulatan RI yang waktu itu baru berusaha bangkit dari rahim bunda pertiwi...kesultanan di kepulauan maluku, kalimantan dan di daerahku sendiri kerajaan Bone. Raja Bone pada waktu, Andi Mappanyukki(?) mengungkapkan hal yang sama seperti yang dititahkan sri sultan...
Semudah itukah kita berpikir? Ya nggak lah...
Kita sediri jadi ikut bingung, masalahnya sepele kok...pemerintah masih berpikir ke depan bahwa Indonesia harus rata. Rata sandang pangan termasuk, mungkin, rata dalam sistem pemerintahan. Karena dimanapun negara di dunia ini ujung-ujungnya adalah negara yang mengelola bumi, air, tanah, dan segala isi yang terkandung dan mungkin langitpun dikelolanya untuk kepentingan semua, tidak harus ada yang diistimewakan...dan tentu saja ada hal yang lain. Lho wong yang nulis ini bingung kok
Tapi bagaimana dengan Yogyaku atau dengan ‘sesuatu’ yang sama dengan itu?
Sayapun sependapat dengan mereka..karena mereka melakukan dengan pertimbangan masak untuk kepentingan Sabang sampai Merauke. Jadi sama kan dengan kepentingan masyarakat yang didengungkan pemerintah?
Tetapi secara pribadi aku ngomongnya gini
“ ...semua tergantung manusianya, jika manusianya bener, obsesi dan idealismenya gak keblinger semuanya berjalan normal. Nabi kita kan dah memberi contoh. Bayangin jika semua diurus negara tapi yang ngurus harus diurus...kan rakyat juga yang kurus. Terus banyak negara di dalam negara yang ngurus bener kan gak ada yang keblinger. Insya Allah”
Semua dari teori kemungkinan, dan saudaraku---jika setelah ol dan setelah melakukan apa saja, kita dipanggil oleh sang khalik...apa kita dapat pertanggungjawabkan sepak terjang kita? Enjoylah saudaraku...Amin
Akhirnya : TIDAKADAATASANTIDAKADABAWAHANTYANGADAHILANGNYAKEJAHATAN
dari catatan Heru Diana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar