Panji Gumilang Pemimpin NII
Polkam / Senin, 2 Mei 2011 16:33 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Mantan Menteri
Peningkatan Produksi NII Iman Supriyanto menegaskan pimpinan pesantren
Az-Zaytun AS Panji Gumilang benar pemimpin NII. Panji menjabat sebagai
pimpinan sejak 1997 menggantikan almarhum Adah Djaelani.
"Saya pernah menjadi Menteri Peningkatan Produksi NII KW 9 yang dipimpin Panji. Saya menyebut nama Panji karena sudah disebut Sidney Jones (pengamat terorisme-Red),"kata Imam dalam pertemuannya dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin (2/5).
Imam membeberkan semua karena merasa punya tanggung jawab moral. Sebab separuh hidupnya dihabiskan buat membesarkan NII dan patuh kepada Panji.
"Perkembangan hadir di masyarakat, menangis saya melihat ibu yang kehilangan anak yang merupakan aset bangsa dan umat," ujar Imam didampingi pengacaranya, Kamal Singadirata, mantan bupati Kalideres Lafazar, Basaruddin Arif.
Alasan kedua, Imam merasa prihatin karena citra umat Islam tercoreng akibat ulah organisasi masyarakat yang punya kepentingan tertentu, termasuk NII.
"Apa yang diberitakan pers selama ini. Semua sudah mendapat bantahan dari Panji bahwa NII sudah lenyap bersama PKI. Tapi pada 1971 NII bangkit oleh Halim Murtopo. Para pejuang NII diiming-imingi jabatan politik. Akhirnya tongkat jatuh ke Panji sejak 1997," terang Imim.
Kamal berjanji melindungi kliennya. Dia mengaku akan meminta perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban buat Imam. Kamal juga meminta DPR mengawasi hal tersebut.
"Kita minta pihak DPR mengawasi. Karena tahun 2002 dan 2008 sudah dilakukan pelaporan ke penegak hukum," ungkap Kamal.
Tapi, menurut Kamal, sejauh ini kliennya masih baik-baik saja. Belum ada teror dan ancaman. Baru bujukan. "Saya kira untuk hal-hal kuat secara hukum akan kita laporkan," ucapnya.
Priyo mempersilahkan Imam meminta perlindungan LPSK. Informasi yang disampaikan Imam akan dijadikan bahan bagi DPR untuk Tim Pengawas Kasus Bank Century.
"Inilah saatnya kita minta lakukan evaluasi menyeluruh untuk melakukan langkah-langkah terbaik. Untuk menangkal pendirian negara di atas negara. Aparat intelijen kita kecolongan dalam angka besar," keluh dia.(Andhini)
"Saya pernah menjadi Menteri Peningkatan Produksi NII KW 9 yang dipimpin Panji. Saya menyebut nama Panji karena sudah disebut Sidney Jones (pengamat terorisme-Red),"kata Imam dalam pertemuannya dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin (2/5).
Imam membeberkan semua karena merasa punya tanggung jawab moral. Sebab separuh hidupnya dihabiskan buat membesarkan NII dan patuh kepada Panji.
"Perkembangan hadir di masyarakat, menangis saya melihat ibu yang kehilangan anak yang merupakan aset bangsa dan umat," ujar Imam didampingi pengacaranya, Kamal Singadirata, mantan bupati Kalideres Lafazar, Basaruddin Arif.
Alasan kedua, Imam merasa prihatin karena citra umat Islam tercoreng akibat ulah organisasi masyarakat yang punya kepentingan tertentu, termasuk NII.
"Apa yang diberitakan pers selama ini. Semua sudah mendapat bantahan dari Panji bahwa NII sudah lenyap bersama PKI. Tapi pada 1971 NII bangkit oleh Halim Murtopo. Para pejuang NII diiming-imingi jabatan politik. Akhirnya tongkat jatuh ke Panji sejak 1997," terang Imim.
Kamal berjanji melindungi kliennya. Dia mengaku akan meminta perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban buat Imam. Kamal juga meminta DPR mengawasi hal tersebut.
"Kita minta pihak DPR mengawasi. Karena tahun 2002 dan 2008 sudah dilakukan pelaporan ke penegak hukum," ungkap Kamal.
Tapi, menurut Kamal, sejauh ini kliennya masih baik-baik saja. Belum ada teror dan ancaman. Baru bujukan. "Saya kira untuk hal-hal kuat secara hukum akan kita laporkan," ucapnya.
Priyo mempersilahkan Imam meminta perlindungan LPSK. Informasi yang disampaikan Imam akan dijadikan bahan bagi DPR untuk Tim Pengawas Kasus Bank Century.
"Inilah saatnya kita minta lakukan evaluasi menyeluruh untuk melakukan langkah-langkah terbaik. Untuk menangkal pendirian negara di atas negara. Aparat intelijen kita kecolongan dalam angka besar," keluh dia.(Andhini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar